Tahuna, Sulutnews.com – Untuk pertama kalinya dalam sejarah Kebudayaan di Kampung Saluhang (bahasa Sangihe kampung Salurang) Kecamatan Tabukan Selatan Tengah, Pimpinan tertinggi di Kabupaten Sangihe berdialog dengan para pelaku adat.
Hal itu disampaikan para tokoh adat di Salurang, saat Penjabat Bupati Rinny Silangen Tamuntuan (RST) menyambangi Salurang, Sabtu (27/01/2024) bertempat di balai Kampung.
Pada pertemuan itu, Bupati menyampaikan keinginannya mengetahui tentang tari adat Salo Kapita, yang menjadi ciri khas suku Sangihe. “Saya selalu pimpinan di Daerah, perlu mencari tahu dan mengenal lebih dekat terhadap kebudayaan Sangihe termasuk tari Salo Kapita” ujar Bupati.
Bupati mempersilahkan tua-tua adat menyampaikan terkait Salo Kapita. Agustinus Mananohas menyampaikan sejarah singkat Salo Kapita, menurutnya Salo Kapita berumur ratusan tahun sejak kerajaan Tampunganglawo terbentuk, dimana pada masa itu tidak ada tentara atau prajurit khusus menjaga kedaulatan wilayah kerajaan.
Di tuturnya pada waktu itu, terbentuklah para Kalendesang (pendekar) yang di kenal sebagai pria pemberani, memiliki ilmu kebal dan mistis yang terkenal sakti. Mereka tampil perkasa dalam menghalau kaum perompak yang disebut oleh warga Sangihe “Tau Mindano” atau orang dari Mindanao Filipina.
Menurut, Mananohas, hal itu dilakukan oleh orang Mindano di karenakan raja pertama Tampunganglawo (Sangihe) berasal dari Filipina yakni Kota Bato di Mindanao, dengan nama Gumansalangi. Gumansalangi sendiri adalah anak raja di Kota Bato, ia berlayar dari Filipina dengan tujuan daerah yang terdapat kilauan guntur yang menggelegar.
Setelah menelusuri setiap pulau di wilayah Nusa Utara tak ditemukan tanda adanya kilauan kilat dengan suara guntur yang menggelegar. Namun setelah Gumansalangi mendekati pulau Sangihe, ia melihat tanda tersebut dan ia memutuskan menetap di Sangihe di Sahandarumang, setelahnya ia turaun menelusuri sungai dengan muara di Saluhang yang saat ini disebut Salurang.
Di Salurang, Gumansalangi membentuk kerajaan Tampunganglawo, pada saat itu pun muncul pasukan dari masyarakat yang terdiri dari orang-orang sakti.
“Jadi Salo Kapita merupakan bagian dari tarian kerajaan yang diadaptasi dari pasukan kerajaan Tampunganglawo, gerak tari merupakan gerakan pertempuran melawan kaum Mindano” tutur Malendes.
Ia juga menyampaikan tentang topi atau sakapeti di peroleh dari pertempuran melawan Mindano di pulau Beng Laut, olehnya para penari Salo Kapita adalah keturunan dari para Ksatria tersebut, hal itu berlangsung dari generasi ke generasi hingga saat ini.
Adapun disampaikan oleh Ketua Adat Salurang, Ansilmus Malendes, Ibu Bupati akan menjadi bagian dari masyarakat Saluhang, sebab dalam sejarahnya ada panglima perang perempuan yang sakti bernama Wawu Mahang. Nantinya Bupati akan di kokohkas sebagai Sangiang Saluhang Tampunganglawo.
“Kami akan menyiapkan hajatan adat khusus mengokohkan Ibu Bupati sebagai bagian dari masyarakat adat Saluhang dengan gelar adat Sangiang Saluhang Tampunganglawo” tandas Malendes.
Selain itu, pada pertemuan dengan tokoh-tokoh Adat, mereka menyampaikan beberapa aspirasi diantaranya, soal keinginan mereka terkait sanggar budaya, perbaikan gong dan pakaian adat yang sudah mulai kusam.
Menyikapi hal itu, Bupati pun mengatakan akan membantu menyiapkan saran Sanggar Budaya dan membantu menyiapkan gong dan seragam adat. “Tentunya saya pribadi sudah mengetahui tentang tari adat Salo Kapita, oleh sebab itu saya siap membantu untuk mengembangkan dan melestarikan Salo Kapita” ungkap Tamuntuan.
Arbiter Makagansa, berujar kekaguman terhadap kepedulian Bupati akan budaya Sangihe, ia mengapresiasinya, menurut Makagansa belum ada Bupati yang begitu serius mau mengembangkan kebudayaan Sangihe, nanti ketika Bupati Tamuntuan hadir, kebudayaan Sangihe mulai memiliki nilai dan di pandang sebagai aset berharga Daerah.
“Kami kagum dan salut atas dedikasi Ibu Bupati terhadap kebudayaan Sangihe, kami patut memberikan apresiasi atas kepedulian Ibu Bupati dan baru Bupati Tamuntuan mau memberi diri berdialog, mendengar aspirasi pelaku adat” kata Makagansa yang juga tokoh adat Salurang.
Usai melakukan dialog, Bupati memberikan bantuan dana bagi para pelaku adat untuk menunjang kegiatan adat.
Juga Bupati melihat langsung kondisi tanggul pengaman sungai yang nyaris roboh di muara Salurang. Pada kesempatan itu, Bupati meminta kepada Camat untuk segera menghitung biaya untuk perbaikan tanggul, sebab kata Bupati jika di biarkan maka pemukiman warga akan menjadi sasaran banjir di muara itu.
Camat TabselTeng Steven Mananohas, mengatakan pihaknya berterima kasih atas kunjungan dan kepedulian Bupati terhadap kebudayaan Sangihe khususnya di kampung Salurang, terlebih lagi Bupati siap membantu mewujudkan beberapa aspirasi dari pelaku adat.
“Atas nama masyarakat Tabukan Selatan Tengah khususnya kampung Salurang menyampaikan terima kasih atas kunjungan kerja Bupati di Salurang, juga kepedulian Bupati terhadap kebudayaan di Salurang” Kunci Mananohas. (Andy Gansalangi)