Davao, Sulutnews.com – Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Davao City, membangun komitmen bilateral untuk memperkuat kerja sama ekonomi Indonesia dengan Filipina Selatan.
Langkah tersebut diperkuat dengan kegiatan Indonesia-Philippines Business Health Forum (IPBHF) 2025, sebagai komitmen bersama untuk mendorong pemajuan hubungan kerja sama ekonomi antar kedua negara, di sektor kesehatan, meningkatkan kerja sama untuk mewujudkan ketahanan kedua negara dalam menghadapi tantangan kesehatan pasca pandemi, serta berkontribusi pada peningkatan akses dan inovasi kesehatan.
Hal itu disampaikan oleh Konjen RI Davao City Agus Trenggono pada pidato pembukaan kegiatan IPBHF 2025 yang diselenggarakan di House of Indonesia, Davao City. IPBHF diadakan sebagai wadah kolaboratif untuk memfasilitasi diskusi kesehatan, seperti tren terkini, tantangan, dan potensi kemitraan ekonomi serta pendidikan di sektor kesehatan.
Dr. Roland T. Suico, President of the Davao City Chamber of Commerce and Industry Incp, menyampaikan apresiasi atas upaya konsisten KJRI Davao City selama ini dalam membangun hubungan kerja sama, tidak hanya di bidang perdagangan, namun juga di bidang pendidikan, budaya, dan saat ini sektor kesehatan.
Upaya ini sangat sejalan dengan misi bersama untuk mendorong konektivitas dan pembangunan berkelanjutan yang meliputi wilayah ASEAN. Melalui kegiatan IPBHF 2025, Kamar Dagang Davao berharap agar potensi kerja sama bagi perusahaan alat kesehatan di kedua negara dapat terus diperkuat dan membawa keuntungan bagi seluruh komunitas bisnis, serta masyarakat kedua negara.
Plh. Sekretaris Ditjen Aspasaf, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, menekankan bahwa forum ini sangat tepat dan penting, khususnya untuk terus membangun kemitraan potensial Kementerian Luar Negeri di sektor kesehatan, termasuk penelitian dan pengembangan (R&D) dan alih teknologi bersama dengan para mitra, antara lain asosiasi kesehatan, institusi pendidikan, pelaku bisnis dan perusahaan farmasi.
“Melalui penyelenggaraan IPBHF 2025, diharapkan agar forum dapat mendorong kemitraan, peningkatan sistem dan layanan kesehatan yang tangguh di kedua negara, serta menciptakan rantai pasok yang lebih kuat, dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di kedua negara, juga pasar global” ungkapnya.
Berdasarkan masing-masing paparan pembicara, forum menyepakati pentingnya eksplorasi langkah-langkah baru di sektor kesehatan sebagai fokus utama bagi kemitraan dan kolaborasi antara kedua negara secara berkelanjutan.
Forum ini juga memfasilitasi sesi business matching guna mendorong kerja sama ekonomi sekaligus membangun kemitraan yang saling menguntungkan antara pengusaha alat kesehatan di kedua negara.
Dalam sambutannya, dr. Randy H. Teguh, MM, Ketua Umum Himpunan Pengembangan Ekosistem Alat Kesehatan Indonesia (HIPELKI) menyampaikan, “produk kesehatan Indonesia telah memenuhi unsur keamanan, mutu, dan kinerja yang dipersyaratkan oleh Kementerian Kesehatan RI melalui proses registrasi produk yang berpedoman pada standar internasional (ISO 13485), Cara Produksi Alat Kesehatan Yang Baik (CPAKB) / Indonesian Medical Device Quality Management System”. Kata dia.
Lanjut dia, dengan jumlah anggota yang kompeten lebih dari 200 orang, HIPELKI akan menjadi aset berharga untuk membangun kekuatan Indonesia dalam mengekspor alat kesehatan ke ASEAN dan pasar lainnya.
Pada forum ini, HIPELKI menghadirkan 5 perusahaan alat kesehatan Indonesia untuk terlibat dalam sesi business matching, dan mewakili 15 perusahaan lainnya di bawah naungannya. Sementara, sebanyak 50 perusahaan sektor kesehatan dari Filipina Selatan telah bergabung dalam sesi business matching.
Melalui pelaksanaan kegiatan business matching, KJRI Davao City telah mengidentifikasi peluang pasar bagi produk alkes Indonesia masuk ke Mindanao yang potensial, serta perlunya mendalami lebih lanjut prosedur FDI dan ekspor-impor alkes Filipina, yang mendapat berkontribusi bagi kenaikan volume perdagangan Indonesia dan Filipina.
Untuk menindaklanjuti diskusi dalam forum dan menjajaki lebih banyak peluang terutama dalam hal kemitraan pendidikan dan perdagangan alkes, delegasi juga telah berkesempatan untuk mengunjungi Rumah Sakit lokal di Davao City untuk melakukan exchange of views dan mengeksplorasi bentuk kerja sama antara kedua pihak ke depannya.
Pada tahun 2024, nilai ekspor alat kesehatan Indonesia ke Filipina mencapai USD 273 juta (Rp 4,58 triliun). Forum ini diharapkan dapat mendorong kolaborasi yang kuat dengan berbagai pemangku kepentingan di sektor kesehatan di Indonesia dan Filipina. (KJRI Davao City/Andy Gansalangi)