Sitaro.sulutnews.com | Di tengah riuh rendah dunia politik yang penuh sorotan, masih ada pemimpin yang memilih jalan senyap untuk menunjukkan kepedulian. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Alfrets Ronald Talarendehang (ART), menjadi salah satunya.
Tanpa panggung, tanpa pengeras suara, ART kembali turun langsung menyapa warganya. Kali ini, langkah kecilnya menghampiri Sofian Kasiuhe, seorang penyandang disabilitas Warga Kelurahan Akesimbeka Kecamatan Siau Timur yang tinggal di sebuah rumah sederhana dan berjualan sembako seadanya.

Sofian Kasiuhe di rumah sederhana sekaligus kios kecil miliknya
Dengan tangan sendiri, ART menyerahkan sebuah kursi roda, bukan sekadar alat bantu, tapi simbol harapan dan penghargaan bagi mereka yang sering terpinggirkan.
Sofian tak bisa menyembunyikan rasa harunya. Senyumnya tertahan, matanya basah. Kursi roda itu, baginya, lebih dari sekadar bantuan. Itu adalah pengakuan bahwa dirinya dilihat, dihargai, dan tak dilupakan.
“Terimakasih Ko Onald (sapaan akrab ART), Saya tidak menyangka ada yang masih peduli dengan kami yang seperti ini,” tutur Sofian dengan suara yang hampir tenggelam karena keterbatasannya kepada sulutnews.com. Kamis, 08/05.
Dikatakan juga oleh Sofian, dia berharap pemerintah lebih memperhatikan nasib dari kaum disabilitas bukan hanya fokus pada orang miskin.
“jangan hanya membantu orang miskin, kami kaum disabilitas juga perlu diperhatikan. Orang miskin masih bisa bekerja tapi kalau disabilitas seperti saya sudah tidak bisa apa-apa, ” katanya penuh harap
Apalagi, sambung dia, untuk berpindah tempat atau membeli sembako demi warung kecilnya, dirinya harus meminta bantuan orang lain.
Gerakan sunyi ini bukan yang pertama. ART bahkan telah beberapa kali hadir langsung membawa bantuan kepada warga yang membutuhkan. Tidak ada publikasi besar, tidak ada pencitraan. Semua dilakukan karena dorongan hati, bukan tuntutan jabatan.
Warga yang menyaksikan momen itu merasakan sesuatu yang berbeda. Billy Bawole, warga Kelurahan yang sama, mengungkapkan kekagumannya.
“Yang seperti ini jarang. Biasanya pemimpin datang waktu kampanye, tapi Pak ART datang tanpa kami minta. Ini yang membuat kami percaya,” ujarnya.
Langkah ART mungkin tak menggelegar di media, tapi menggema kuat di hati mereka yang merasakannya. Inilah pemimpin yang hadir bukan karena ingin dipuji, tapi karena tahu bahwa kepedulian tak butuh sorotan. Cukup hati yang tulus, dan langkah nyata yang menyentuh.









