Menu

Mode Gelap
Peringati Hari Pahlawan Tahun 2024 Caroll-Sendy Apresiasi Dua Pahlawan Nasional Asal Tomohon Gubernur Olly Dondokambey : HUT Ke-60 Sulawesi Utara Mengalami Kemajuan Pesat KPU Kabupaten Lebak Gelar Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Paslon Bupati dan Wakil Bupati Menparekraf Sandiaga Uno Puji Pemda Sulut Laksanakan Discover North Sulawesi 2024 Saat Ditangkap Kapal MV Lakas Berbendera Filipina Tidak Memiliki Dokumen Lengkap

Opini · 1 Jan 2024 07:04 WIB ·

‘Ego’ Drama Menuju ‘Theo’ Drama


Oleh, Mario G. Afeanpah Perbesar

Oleh, Mario G. Afeanpah

Menjelang akhir tahun, eksistensi manusia makin dihadapkan bukan lagi pada tapal batas melainkan tujuan akhir. Tujuan akhir manusia tentu merujuk pada kematian. Bukan lagi tentang keadaan ‘Materi’ melainkan tentang keadaan ‘Supranatural’, yang sangat berkompeten memaksimalkan realitas manusia berhadapan dengan ‘yang lain’.

Realitas ‘Drakor’ Drama Korea merupakan referensi tunggal dalam ‘ego’ manusia sebagi syarat untuk bereksistensi bersama manusia lain. Pemaknaan tersebut, dimaknai secara baik, dari segi produk maupun merek sebagai syarat berlakunya sikap ‘eksis menuju dunia’. Konsekuensi yang ada ialah hidup ini seakan-akan hanyalah sebuah drama tanpa adanya ‘Thelos’ menuju kehadiran yang lain dalam bentuk kemiskinan, penderitaan, dan penindasan.

EGO DRAMA

Universalitas dari ego manusia merupakan keadaan manusia untuk memaksimalkan segala kepenuhannya sebagai sentralisasi diri terhadap diri. Yang berarti bahwa manusia hanya hidup untuk dirinya sendiri. Eksposisi para ahli terkait esensi manusia secara ilmiah tidak dapat dipungkiri lagi, ialah tepat dan mutlak. Akhirnya, esensi manusia berhadapan dengan keilahiannya dari yang Ilahi dileburkan tanpa memaknai kodrat manusia sebagai makhluk ilahi. Makhluk yang diciptakan dari ‘yang tidak diciptakan’.

Argumen tersebut mendapat porsi yang besar pada kehadiran drakor. Giani Vattimo sebagai seorang Filsuf Kontemporer sungguh menegaskan hal tersebut sebagai usahanya menghancurkan basis relativnya kebenaran. Bagi Vattimo, tidak ada lagi kebenaran objektiv, apa yang dibuat manusia itu tidak ada lagi, yang ada hanyalah daur ulang dari yang kekal, hanya tergantung pada konstruksi saja. Citra drakor dalam hal ini, merupakan usaha pembenaran keadaan manusia terhadap relativnya kebenaran, bila mana ego manusia adalah rujukan pasti atas segala tindakannya. Drakor berkuasa dan manusia dituntut untuk menindas sesamanya; orang tua, keluarga, hingga pada masyarakat luas. Tepat bila hidup adalah panggung sandiwara, semuanya berjalan hanya sejauh tapal batas dan tidak pada tujuan akhir dari kehidupan.

Keadaan tersebut, juga diartikan Nietszche dalam bukunya ‘Manusia terlalu Manusiawi’ sebagai ‘Novisme’. Inti dari novisme ialah ia mengkritik manusia modern yang tunduk di bawah penderitaan, runtinitas, yang penting adalah kehendak berkuasa. Novisme membelenggu manusia. Manusia dipaksa dari luar untuk menghasilkan sesuatu; eksis ke dunia. Semakin saya menonton dan mengikuti setiap season drakor, maka saya akan memiliki kuasa terhadap setiap orang; baik dalam hal fashion, busana, dan sosialitas. Yang akan memungkinkan diri saya menjadi ‘produk penguasa dalam label ketakberdayaan saya’. Esensinya drama adalah penguasaan panggung, membiarkan diri dicabik-cabik tanpa menunjukkan keautentikan diri sesuai kodrat Ilahi demi ‘ego sosialitas’ sederhananya ramah lingkungan tapi tidak ramah sesama yang lain, yang lain dari keberlainanku.

THEO DRAMA

Sebagaimana Vattimo menegaskan mengenai ‘daur ulang’ atas realitas kehidupan saat ini, keadaan ‘Theo drama’ merupakan jawaban terhadapan keadaan objektivnya kebenaran. Kebenaran objektiv itu ada dan mutlak. Kebenaran ini berasal dan hanya dimiliki oleh Sang Pencipta yang tidak pernah diciptakan, dihadirkan secara riil, dan dikonsepkan seperti parah ahli. Realitas kematian menjelang akhir tahun ini, memungkinkan manusia untuk memaksimalkan diri ‘Return to God’. Realitas kematian sangat identik dengan permulaan, tentunya permulaan yang dimaksudkan ialah ‘dilahirkan secara baru’. Kelahiran baru dari Sang Pencipta, yang dapat dimaknai melalui sikap penyingkapan diri. Menjalankan kehidupan tidak sekedar pengulangan, melainkan suatu kesempatan untuk berbuat baik terhadap yang lain, yang lain dari keberlainanku. Keterbatasan dalam diri manusia tentunya ada, namun potensi kebaikan sangat besar dalam diri manusia, hingga setumpuk ide akan lenyap bila mana mental tidak dibentuk. Keadaan Theo drama sesungguhnya mau mengartikan hidup manusia tidak hanya sebatas pada sandiwara melainkan pada sikap ‘kepenuhan’ berarti saling memenuhi antara yang lain dengan keberlainanku.

BERDRAMA

Bersama berdrama. Kedua pokok argumen di atas merujuk pada ‘sesama yang benar’, bukan diambil sesuai kepentingan semata manusia, melainkan agar sesama itu menjadi baik, berkembang baik, menghadirkan kehidupan yang baik. Yang akan memungkinkan orang lain mengenal dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Konkritisasi dari pokok pembahasan ini ialah pemaknaan terhadap setiap talenta yang ada pada setiap pribadi manusia. Manusia itu unik karena memiliki talenta yang berbeda-beda selain adanya akal dan hati nurani, perbedaan talenta tersebut mau mengartikan suatu kepenuhan diri yang akan didapatkan melalui kepedulian terhadap sesama tanpa sekat, tembok, kelas, dan golongan.

Bersama berdrama merupakan usaha menuju ‘Thelos Sang Pencipta’ yang secara riil dapat dialami dalam diri stiap pribadi yang senantiasa hadir dalam kehidupan bersama. Kehadiran tersebut dijumpai melalui ketaksempurnaannya yang menuntut setiap manusia untuk keluar dari egonya demi mengalami perjumpaan dari yang Ilahi. Yang lain adalah aku yang lain. Mengulangi kehidupan dengan pemaknaan yang baru. Konsekuensinya, drama adalah kepenuhan dari keterpurukan manusia.

Artikel ini telah dibaca 1,221 kali

Baca Lainnya

7 Hal Wajib Diperhatkan Saat Membaca MAZMUR

9 September 2024 - 00:51 WIB

Lampu Terang : Mengenang Faisal Basri

5 September 2024 - 22:37 WIB

Menjadi Posesif terhadap ORMAS Keagamaan Pasca Isu Kelola Tambang

1 Agustus 2024 - 19:18 WIB

Peran Pers Dan Aktualisasi Wawasan Nusantara

29 Juli 2024 - 06:51 WIB

Ketua PWI Pusat: KLB Tidak Mungkin Diselenggarakan, Ini Alasannya

24 Juli 2024 - 20:00 WIB

Akses Pembiayaan Untuk UMKM Dan Persoalan KUR Dan UMI di Sulawesi Utara

11 Juni 2024 - 19:48 WIB

Trending di Opini