Minahasa,Sulutnews.com – Dalam persiapan debat publik kedua Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) yang akan dilaksanakan di Minahasa, perhatian publik tertuju pada subtema debat yang akan membahas dua isu krusial yakni kesehatan dan hukum.
Momen ini menjadi ajang penting bagi para pasangan calon (Paslon) untuk memperlihatkan program dan komitmen mereka terhadap dua sektor yang sangat berpengaruh bagi kesejahteraan rakyat Sulut.
Namun, sebelum debat dimulai, catatan kegagalan Paslon nomor urut 2, Elly Engelbert Lasut (E2L), dalam bidang kesehatan, saat hampir 15 tahun dirinya memimpin Tanah Porodisa, Talaud, sudah mencuat ke permukaan.
Sebagai Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud, E2L dianggap gagal dalam membenahi sektor kesehatan di wilayah tersebut selama hampir 15 tahun masa jabatannya. Berbagai kritik dan persoalan terkait sistem pelayanan kesehatan di Talaud menjadi sorotan negatif yang terus menghantui kampanye E2L.
Selama kepemimpinannya sebagai Bupati Talaud, E2L sering kali menjadi target kritik atas buruknya pelayanan kesehatan. Isu paling mencolok terjadi saat para tenaga kesehatan (Nakes) yang bekerja di bawah naungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Talaud menggelar aksi demonstrasi. Aksi ini dipicu oleh mutasi jabatan yang dinilai sarat kepentingan pribadi, tanpa mempertimbangkan merit sistem atau kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
Sebagai contoh, dalam sebuah kasus yang sangat disayangkan, E2L memutasi empat tenaga kesehatan ke Puskesmas Miangas, di mana salah satunya adalah seorang anestesi yang seharusnya bekerja di ruang operasi. Lebih ironis lagi, seorang tenaga kesehatan lainnya dimutasikan ke Satuan Polisi Pamong Praja Pemkab Talaud, posisi yang jelas tidak sesuai dengan latar belakang profesinya. Langkah-langkah seperti ini tidak hanya menurunkan kualitas pelayanan kesehatan, tetapi juga memicu keresahan di kalangan para tenaga kesehatan.
Selain masalah penempatan tenaga medis, kegagalan E2L dalam manajemen kesehatan semakin terlihat jelas dengan buruknya fasilitas dan stok obat-obatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Talaud. Keluhan ini semakin diperparah dengan pernyataan dr Yonathan Lukas, seorang dokter bedah yang bekerja di RSUD Talaud, yang menyebutkan bahwa rumah sakit tersebut sangat kekurangan stok obat-obatan esensial seperti obat bius dan antibiotik, serta peralatan medis seperti foto USG dan stok darah. Hal ini menyebabkan banyak pasien yang tidak mendapatkan perawatan optimal, terutama mereka yang menderita penyakit serius.
“Ketersediaan obat dan peralatan medis adalah kewajiban yang harus dipenuhi rumah sakit, apalagi untuk operasi. Tanpa persiapan obat bius, antibiotik, dan alat penunjang lainnya, ini sangat tidak aman bagi pasien,” tegas dr. Yonathan Lukas.
Debat publik kedua ini diharapkan akan menjadi ajang bagi masyarakat untuk menilai secara kritis rekam jejak para calon, terutama dalam menangani isu-isu mendasar seperti kesehatan. Paslon nomor urut 2, Elly Engelbert Lasut, perlu menghadapi kritik tajam terkait kegagalannya di Talaud, terutama karena masyarakat Sulut membutuhkan pemimpin yang mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, bukan sebaliknya.
Tantangan kesehatan, ditambah isu hukum yang juga akan dibahas dalam debat ini, menjadikan panggung debat publik sebagai medan penting untuk menunjukkan siapa yang benar-benar memiliki solusi dan kepemimpinan yang kuat.
Sulut membutuhkan pemimpin yang mampu membenahi layanan kesehatan dengan cepat dan efektif, terutama dalam menghadapi tantangan global dan regional yang kian meningkat. Dengan rekam jejak E2L yang disorot karena kegagalannya saat masih mengurus skop kecil masih berbentuk kabupaten, masyarakat Sulut diharapkan bijak dalam menentukan pilihan mereka, memastikan bahwa Gubernur yang akan terpilih adalah sosok yang tidak hanya berjanji, tetapi juga mampu mewujudkan perbaikan yang nyata bagi masyarakat. (*)