MANADO,Sulutnews.com – Dua Srikandi partai Golkar yang masuk dalam gerbong Anggota DPRD Sulut untuk periode 2924 – 2029 ternyata memiliki kwalitas yang patut mendapatkan sebutan jika pilihan rakyat untuk mewakili kepentingannya di lembaga politik level provinsi tidak salah. Ini dibuktikan saat gelar rapat dengar pendapat (RDP) antara Komisi II bersama Badan pendapatan daerah Provinsi dan juga Diler- diler yang ada di Sulut. Wakil Ketua Michaela Euqinia Paruntu (MEP) Selaku koordinator Komisi yang membidangi Ekonomi Keuangan berharap kebijakan pajak kendaraan bermotor dapat dioptimalkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), yang nantinya digunakan untuk pembiayaan program pembangunan dan pelayanan masyarakat, juga berharap adanya keadilan dan kepatutan tarif pajak kendaraan bermotor ditetapkan secara adil, proporsional, dan tidak membebani masyarakat, khususnya golongan ekonomi lemah.
“Peningkatan kepatuhan wajib pajak pemerintah daerah memperkuat sistem dan mekanisme untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, seperti digitalisasi pembayaran pajak, penghapusan denda administrasi, atau insentif bagi pembayaran tepat waktu,” kata MEP.
Sementara itu Priscilla Cindy Wurangian yang adalah Ketua Fraksi Golkar DPRD Sulut menyorot anggaran dana bantuan sosial yang hanya sebesar Rp 1,1 Miliar yang dinilai tidak akan mampu mengakomodir semua program Kelompok Usaha Bersama (KUBe), berupa bantuan ke panti Rehabilitasi Disabilitas, bantuan ke panti Yatim Piatu, serta bantuan ke Panti Werda.”Terkait pengelolaan data fakir miskin dan jaminan sosial, sudah tercantum ada KUBe 20 dan RTLH 45 yang sudah ada by name tetapi nanti bisa disesuaikan dan tentunya harus sesuai dengan aturan yang berlaku,” kata Cindy.
Juga diungkapkan Ketua Partai Golkar Bitung ini, kegiatan pengangkatan anak ada dua sub kegiatan masing-masing Rp 10 juta, dialihkan ke KUBe atau RTLH.”Lokasi kampung siaga bencana yang ada 16 lokasi, agar rincinya dapat disampaikan ada di wilayah mana saja. Juga termasuk pasien jiwa yang sudah di approve untuk dipulangkan dari rumah sakit tetapi tidak diterima oleh keluarga, ke depannya agar dapat di pikirkan adanya rumah singga.(josh tinungki)