Rote Ndao,Sulutnews.com – Kisah hidupnya bukanlah dongeng putri atau pangeran, melainkan sebuah epik tentang kegigihan dan tekad yang tak tergoyahkan. Ia lahir bukan di istana, melainkan di Dusun Ndeo, Desa Boni, di tengah keluarga sederhana. Namun, takdir mengharuskannya merasakan pahitnya kehidupan terlalu dini. Saat masih duduk di bangku kelas dua SD, Paulus menjadi yatim piatu. Bayangan gelap kehilangan orangtua menyelimuti masa kecilnya, namun tak mampu memadamkan api semangat yang berkobar di hatinya.
Kehidupan memaksanya untuk mandiri lebih cepat dari anak seusianya. Ia hidup bersama kerabat, merasa dinginnya kekurangan dan susahnya hidup. Ingatan akan sepatu yang menjadi kewajiban di kelas enam SD masih terasa jelas. Bukannya merengek, Paulus kecil justru berjuang sendiri. Ia berjualan es dan roti, bahkan ikut berdagang keliling bersama pedagang Bugis. Sepasang sepatu yang didapatnya bukan sekadar alas kaki, tetapi lambang perjuangannya yang gigih.
Pertemuannya dengan Otniel Dhanny Liu di SMP Oelua menjadi titik balik dalam hidupnya. Persahabatan mereka, yang terjalin lewat belajar bersama, mencari kayu bakar di hutan Osi Tua, hingga berbagi buah kusambi di bawah langit Rote yang berbintang, menciptakan ikatan yang kuat. Di tengah kesederhanaan itu, mereka berjanji: “Kalau kita sudah berhasil, kita harus tolong banyak orang.” Janji yang tak sekadar diucapkan, melainkan menjadi kompas yang membimbing langkah mereka hingga dewasa.
Paulus selalu menjadi murid yang berprestasi, selalu meraih peringkat teratas. Kegigihannya dalam belajar tak pernah padam, bahkan saat ia harus berpindah-pindah tempat tinggal dari satu rumah kerabat ke kerabat lain selama SMA. Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Ba’a, ia memberanikan diri merantau ke Jakarta pada tahun 1997, mengejar cita-citanya di bidang hukum. Hidup di Ibu Kota bukanlah hal mudah, tetapi Paulus tak pernah menyerah. Ia belajar keras, bekerja keras, sampai akhirnya meraih gelar sarjana hukum.
Meskipun sukses membangun karier di Jakarta, menjadi manajer di perusahaan Multi Wibowo dan bahkan mendirikan perusahaannya sendiri di BSD, Tangerang Selatan, Paulus tak pernah melupakan janjinya. Kesederhanaan dan kepeduliannya pada sesama menjadi ciri khasnya. Ia tetap menjadi “anak kampung” yang tak pernah melupakan asal-usulnya, terus membantu anak-anak Rote untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi.
Kisah tentang Paulus dan Otniel, yang makan malam di restoran Jepang Hanamasa, menyentuh dan mengingatkan kita akan arti persahabatan dan kesetiaan. Air mata Otniel saat Paulus menuangkan kuah ke mangkuknya, adalah buktinya. Itu bukan sekadar kuah, tetapi representasi puluhan tahun persahabatan dan tekad yang telah mereka raih bersama.
Hari ini, Paulus Henuk berkibar sebagai Bupati Rote Ndao. Namun, lebih dari sekadar jabatan, kisah hidupnya adalah inspirasi bagi banyak orang. Ia membuktikan bahwa dari titik terendah sekalipun, dengan tekad dan kerja keras, impian dapat terwujud. Selamat ulang tahun, Bapak Bupati Paulus Henuk, tetaplah menjadi inspirasi bagi kami semua.
Reporter:Dance Henukh