Rote Ndao,Sulutnews.com – Perselingkuhan Efen Ta’ek dan Santi Nenohais bukan sekadar kisah asmara terlarang, tetapi merupakan pengingkaran nyata terhadap janji suci pernikahan yang telah mereka ikrarkan.
Ungkapan perselingkuhan yang vulgar dan merendahkan, menunjukkan esensi hubungan mereka yang didasari nafsu semata, tanpa mempertimbangkan konsekuensi dan dampaknya yang merusak. Keduanya telah melupakan komitmen, kesetiaan, dan tanggung jawab yang seharusnya menjadi pondasi sebuah pernikahan yang kokoh.
Keinginan sesaat untuk memuaskan hasrat telah mengalahkan nilai-nilai moral dan etika yang seharusnya dijunjung tinggi. Perselingkuhan ini bukan hanya menyakiti pasangan masing-masing, tetapi juga merusak kepercayaan dan harmoni keluarga.
Tindakan mereka menjadi contoh buruk yang menunjukkan betapa mudahnya janji suci dilupakan demi kepuasan pribadi yang bersifat sementara. Kisah ini menjadi peringatan keras tentang pentingnya menjaga komitmen dan menghormati ikatan pernikahan, sekaligus mengungkap betapa rendahnya nilai moral yang mendasari perselingkuhan tersebut.
“Tukar lendir” bukanlah ungkapan yang pantas untuk menggambarkan hubungan manusia, apalagi hubungan yang seharusnya dibangun di atas dasar cinta, hormat, dan kesetiaan
Reporter : Dance Henukh